Dalam proses pembentukan sebuah merek, terdapat konsep yang dikenal sebagai Brand Archetypes. Konsep ini digunakan untuk membantu para pengusaha menentukan bagaimana karakteristik merek mereka akan dibentuk. Istilah Brand Archetype sendiri diambil dari konsep archetype yang diperkenalkan oleh Carl Jung.
Jung mengidentifikasi karakter manusia secara detail, yang kemudian dapat dipilih oleh sebuah merek untuk menentukan identitasnya. Namun, dalam memilihnya, Anda perlu fokus pada satu karakteristik dominan.
Sebelum memilih yang tepat, penting untuk memahami konsep tersebut dengan baik. Jadi, sebelum Anda melangkah lebih jauh dalam memilih Brand Archetype, pastikan untuk memahami konsep tersebut dengan baik agar dapat mengoptimalkan potensi merek Anda.
Apa Itu Brand Archetype?
Brand Archetypes merupakan konsep penting dalam branding. Konsep ini tidak hanya sekedar menggambarkan karakter sebuah brand, tetapi juga memiliki kekuatan untuk mempengaruhi cara perusahaan berkomunikasi dengan konsumen.
Dalam dunia branding, terdapat 12 macam brand archetype yang masing-masing memiliki ciri khas dan karakteristik berbeda. Nama-nama archetype ini muncul untuk membantu manusia dalam memahami suatu hal dengan lebih mudah melalui simbol-simbol yang digunakan.
Dengan membangun identitas brand yang kuat berdasarkan archetype yang dipilih, perusahaan dapat lebih mudah menarik perhatian konsumen dan menciptakan hubungan yang lebih dalam dengan mereka.
Selain itu, brand archetype juga memainkan peran penting dalam menciptakan konsistensi dalam komunikasi perusahaan. Menjaga agar semua elemen branding sejalan dengan archetype yang dipilih, perusahaan dapat menciptakan pengalaman yang konsisten dan mudah dikenali oleh konsumen.
Baca Juga: 5 Jenis dan Isyarat Visual dari Environmental Design
Pentingnya Brand Archetype Untuk Masa Depan
Brand Archetypes merupakan konsep yang sangat penting dalam membangun identitas sebuah merek untuk masa depan. Konsep ini bekerja dengan cara yang sangat alami dan mendalam, mencakup nilai-nilai sosial, budaya, mitos, dan pola pikir yang melekat dalam diri setiap individu.
Memahami hal-hal yang dekat dengan diri sendiri melalui brand archetype, kita dapat lebih mengenali siapa sebenarnya kita, apa yang kita sukai, tujuan hidup kita, dan bagaimana personaliti kita berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Dalam konteks bisnis, bisa membantu sebuah merek untuk menentukan strategi-strategi yang tepat sesuai dengan identitas dan visi misi yang dimiliki. JIka memiliki pemahaman yang jelas tentang brand archetype, sebuah merek dapat dengan mudah menarik perhatian audiens yang cocok dan sesuai dengan nilai-nilai yang diusung.
12 Jenis Brand Archetypes
Perusahaan yang memiliki karakter kuat akan mudah dikenali, ketika brand sudah berhasil dikenali, berbagai manfaat akan mengalir secara alami. Namun, tidak semua brand mampu mengidentifikasi siapa sebenarnya mereka.
Hal ini seringkali menjadi akar masalah yang menyebabkan banyak perusahaan mengalami kesulitan dalam strategi pemasaran, bahkan ada yang akhirnya terpaksa menyerah dan meninggalkan bisnis mereka. Inilah pentingnya memiliki brand archetype.
1. The Innocent (Polos)
Salah satu tipe brand archetype yang menarik adalah the innocent atau polos. Karakter ini mencerminkan kejujuran dan kegembiraan, sehingga perusahaan yang mengadopsi tipe ini cenderung menampilkan aura kebahagiaan, kesederhanaan, dan kefokusan pada hal-hal positif.
Merek-merek dengan tipe ini selalu menekankan nilai-nilai positif dan berusaha untuk menyebarkan kebaikan di sekitarnya, baik kepada karyawan maupun lingkungan sekitar. Merek skincare seringkali memilih karakter innocent karena ingin memberikan pengalaman yang tulus dan menyenangkan bagi konsumen.
2. The Everyman/The Regularly Guy
Karakter utama dari Si Orang Biasa/Si Pria Biasa adalah kombinasi antara kejujuran dan kompetensi. Mereka dekat dengan pelanggan, terutama yang berasal dari kalangan menengah kebawah.
Mereka tidak peduli jika brand yang mereka kenal tidak terlalu populer di kalangan atas, yang penting bagi mereka adalah mendekati target market sebaik mungkin. Contoh brand yang mengusung karakter ini adalah IKEA.
3. The Hero (Pahlawan)
Pahlawan, seperti namanya, adalah karakter brand yang selalu siap membantu menyelesaikan setiap masalah pelanggan dengan pelayanan yang mereka berikan. Menggabungkan sifat kompetensi dan kegagahan, tipe ini berhasil menciptakan citra perusahaan yang kuat, tangguh, rajin bekerja, dan dapat diandalkan.
Brand dengan tipe pahlawan selalu berusaha menyelesaikan masalah dengan cara yang efisien, fokus pada kepuasan pelanggan terhadap pelayanan, produk, dan merek mereka sendiri. Sehingga, pelanggan merasa nilai yang diberikan sepadan dengan pengeluaran yang mereka lakukan.
Pahlawan selalu menghargai setiap pelanggan yang datang dan berupaya untuk menginspirasi mereka agar memiliki karakter yang sejalan dengan brand tersebut. Namun, dalam memilih karakter pahlawan, penting untuk menghindari promosi yang terlalu berlebihan atau berbelit-belit.
Pelanggan pahlawan lebih menyukai informasi yang langsung to the point dan membuat mereka bangga karena menggunakan produk dari brand Anda. Beberapa contoh brand dengan tipe pahlawan adalah Nike, Adidas, dan BMW. Mereka berhasil menjaga citra melalui produk berkualitas dan pelayanan yang memuaskan pelanggan.
4. The Outlaw (Bebas)
Karakter keempat yang dikenal sebagai the rebel. Karakter ini memiliki sifat pemberontak yang menggabungkan antara kesenangan dan kekerasan, selalu mencari cara untuk keluar dari kebiasaan konvensional. Mereka tidak takut mencoba hal-hal baru dan berani, sehingga produk atau layanan yang mereka tawarkan cenderung lebih berani dan inovatif.
Pelanggan dengan karakter outlaw cenderung tidak suka dengan barang-barang yang umum digunakan oleh orang lain, mereka ingin menjadi unik dan berbeda. Dalam hal promosi, karakter outlaw lebih suka menggunakan cara-cara yang unik, berani, dan mengejutkan.
Mereka ingin menciptakan brand image yang membedakan diri mereka dari yang lain. Beberapa brand yang menganut tipe ini antara lain Harley Davidson dan Diesel, yang dikenal dengan gaya mereka yang bebas dan pemberontak.
5. The Explorer (Penjelajah)
Brand ini cenderung suka tantangan, sifat ruggedness dan competence, penjelajah berfokus pada membantu individu menemukan identitas mereka melalui brand tersebut. Banyak brand yang mengadopsi karakteristik ini yang menawarkan produk untuk aktivitas di alam terbuka.
Konsumen yang identik dengan penjelajah sangat menyukai hal-hal yang menyenangkan. Mereka tertarik pada promosi-promosi yang melibatkan alam, petualangan, dan keseruan. Brand yang menggunakan ini adalah Eiger, Red Bull, dan Jeep.
6. The Creator (Pencipta)
The Creator adalah salah satu yang sangat erat dengan unsur-unsur kreativitas, kepandaian, inovasi, dan artistik. Mereka merupakan karakter brand yang mencerminkan excitement dan competence dalam setiap produk yang diciptakan.
Fokus utama dari The Creator adalah menciptakan produk yang original dan menginspirasi pelanggan untuk berkreasi dan berimajinasi bersama dengan produk mereka. Beberapa contoh brand adalah Adobe dan Lego, yang selalu berhasil memikat hati para pelanggan.
7. The Ruler
The Ruler adalah sebuah Brand Archetype yang sangat dekat dengan unsur maskulin. Karakteristik brand ini mencerminkan kekuatan, kontrol, dan ketidakmampuan terhadap kegagalan.
Fokus utama pada laki-laki sebagai target market, brand tipe ini bertujuan untuk membuat pelanggan merasa kuat, tak terkalahkan, dan percaya diri saat menggunakan produk mereka. Mereka ingin menanamkan rasa bangga dan kepercayaan diri pada pelanggan mereka.
Dengan mengadaptasi tipe ruler, brand seperti Mercedes-Benz berhasil menarik perhatian pelanggan yang suka terlihat kuat, keren, cool, dan percaya diri. Mereka tidak menyukai hal-hal yang bisa membuat mereka merasa rendah diri, sehingga brand ini mampu memberikan pengalaman yang membanggakan bagi para pelanggannya.
8. The Magician
Brand ini senang menciptakan kejutan dan memberikan pengalaman yang mengagumkan bagi pelanggan mereka. Mereka akan disuguhkan dengan pengalaman yang atraktif dan memikat. Tidak heran jika brand ini sering diidentifikasi dengan sifat-sifat seperti imajinatif, penuh kejutan, suka bersenang-senang, optimis, dan memiliki visi misi yang jelas untuk masa depan.
Salah satu contoh brand dengan tipe the magician adalah Disney. Mereka terkenal dengan kemampuan mereka dalam menciptakan keajaiban dan kegembiraan bagi para pelanggan mereka.
9. The Lover
Brand dengan karakter The Lover sering dianggap sebagai brand yang eksklusif karena memiliki daya tarik yang membuat orang selalu menginginkannya. Mereka tidak hanya menjual produk, tetapi juga menciptakan pengalaman yang membuat pelanggan merasa istimewa dan berharga.
Sebagai salah satu dari Brand Archetypes, The Lover menggabungkan sifat sophisticated dan sincerity dalam setiap produk yang mereka tawarkan. Pelanggan tipe lover adalah mereka yang menghargai keindahan estetika, kecantikan, dan kemewahan. Mereka terpesona oleh promosi yang menampilkan model elegan dan detail produk yang menawan.
Brand populer dengan karakter ini antara lain Chanel, Dior, Victoria Secret, dan Céline. Mereka berhasil membangun citra yang kuat sebagai brand yang tidak hanya menjual produk, tetapi juga citra diri yang diinginkan oleh banyak orang.
10. The Caregiver (Pelindung)
The Caregiver adalah salah satu Brand Archetypes yang selalu peduli dan memberikan perhatian kepada pelanggan mereka. Sifat-sifat seperti sincerity dan competence, caregiver selalu berusaha menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pelanggan mereka.
Banyak brand caregiver berasal dari NGO yang memiliki misi untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada sesama manusia. Contoh brand yang mewakili karakter ini adalah UNICEF, yang selalu berkomitmen untuk melindungi dan memberikan bantuan kepada anak-anak di seluruh dunia.
11. The Jester
The Jester, sesuai dengan namanya, adalah brand yang sangat mengutamakan unsur humor. Mereka senang membuat orang tertawa dan merasa bahagia melalui candaan dan guyonan yang mereka hasilkan. Meskipun terkesan santai, brand ini tetap cerdas dalam menyajikan produk atau jasa berkualitas tinggi yang didukung oleh pengetahuan yang mendalam.
Dalam pengemasannya, The Jester memilih pendekatan yang berbeda untuk menarik perhatian pelanggan dan membuat mereka merasa nyaman. Beberapa contoh brand yang mengusung tipe ini antara lain Mojok, M&M, dan Ben & Jerry’s.
12. The Sage
Salah satu Brand Archetypes yang terkenal adalah The Sage Brand. Merek dengan karakter sage ini dianggap sebagai yang paling berpengalaman dalam industri mereka. Mereka dikenal karena sifat-sifat seperti kerja keras, bijaksana, jujur, dan terbuka.
The Sage Brand percaya bahwa hasil terbaik adalah buah dari kerja keras dan pengalaman yang luas. Fokus utama mereka adalah menunjukkan kepada pelanggan bahwa mereka adalah yang paling berpengalaman dan dapat dipercaya.
Untuk menarik perhatian pelanggan, brand dengan karakter sage perlu menyusun materi promosi sedikit rumit. Hal ini bertujuan untuk menguji kecerdasan pelanggan dan membuat mereka merasa lebih bijaksana dan pandai. Contoh brand dengan karakter sage termasuk National Geographic, Google, Yahoo, dan TED.
Strategi Memilih Brand Archetype yang Tepat
Penting bagi setiap brand untuk menetapkan posisinya dengan jelas, serta menentukan jenis Brand Archetype yang akan diadopsi. Brand yang tidak mampu menetapkan posisinya dengan baik akan terkesan “tanpa karakter” karena kebingungannya. Berikut ini strategi untuk memilih:
1. Menciptakan cerita merk
Menciptakan Cerita Brand adalah langkah membangun identitas sebuah brand. Banyak orang masih bingung antara brand story dan brand archetypes, namun keduanya memiliki peran yang berbeda namun saling terkait.
Saat sebuah perusahaan ingin menerapkan brand archetypes, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menciptakan brand story yang kuat. Brand story adalah narasi yang dibuat oleh brand untuk memperkuat identitasnya, melalui cara penyampaian, story telling, tone of voice, dan nilai-nilai yang ingin disampaikan kepada konsumen.
Dalam brand story, Anda dapat menjelaskan alasan mendirikan perusahaan, fokus perusahaan, target konsumen, dan bagaimana perusahaan akan membantu mereka. Setelah semua hal tersebut jelas, barulah Anda dapat melangkah lebih jauh untuk menentukan brand archetypes yang sesuai.
2. Tetapkan tujuan
Ketika brand story Anda sudah terstruktur dengan baik dan tepat, langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan. Buatlah tujuan dalam jangka waktu pendek, menengah, dan panjang. Sertakan alasan kuat mengapa Anda menginginkan tujuan tersebut. Tujuan ini akan menjadi pendorong dan penyeimbang dalam menganalisis sebuah archetype. Saat menetapkan tujuan, pilihlah target audiens yang lebih spesifik.
3. Analisis
Setelah mencatat dengan jelas tujuan dan brand story, langkah berikutnya adalah menganalisis keduanya. Analisis ini akan membantu Anda menemukan karakter brand yang sedang Anda bangun. Karakter brand atau archetype berasal dari inti brand itu sendiri.
Sebenarnya, Anda mungkin sudah memiliki gambaran tentang karakter brand secara tidak langsung. Namun, penting untuk memperjelasnya. Setelah menentukan brand archetypes yang tepat, Anda dapat mengoptimalkan strategi branding dan pemasaran. Panduan gaya dan identitas brand dapat disesuaikan dengan archetype yang dipilih, sehingga menciptakan kesan yang konsisten dan kuat di mata audiens.