Jika Anda menjual produk atau layanan secara online, memahami pentingnya rasio klik-tayang dan konversi dalam kesuksesan pemasaran Anda adalah krusial. Behavioral targeting, sebuah alat pemasaran, memungkinkan Anda menampilkan iklan kepada konsumen yang sedang mencari produk serupa.
Memahami prinsip-prinsip dasarnya tidak hanya dapat mengubah cara Anda mendekati periklanan digital, tetapi juga dapat signifikan meningkatkan efektivitas kampanye pemasaran Anda. Artikel ini mengulas konsep dasar behavioral targeting, manfaatnya bagi bisnis Anda, dan mengapa ini menjadi pilihan unggul dibandingkan dengan jenis periklanan lainnya.
Apa Itu Behavioral Targeting?
Behavioral targeting adalah strategi pemasaran yang biasanya digunakan untuk perusahaan menargetkan pelanggan berdasarkan perilaku online. Metode ini melibatkan analisis dan pengumpulan data mengenai aktivitas pengguna, seperti pembelian yang mereka lakukan, kunjungan situs web secara teratur, dan kata kunci yang mereka cari di mesin pencari.
Sebagai contoh, jika seorang pengguna mengunjungi situs e-commerce dan melihat produk seperti sepasang sepatu atletik, perusahaan dapat menggunakan informasi ini untuk menampilkan iklan terkait ketika pengguna mengakses situs web lain yang terhubung dengan jaringan iklan yang sama. Hal ini bertujuan meningkatkan kemungkinan bahwa pengguna akan tertarik dan akhirnya melakukan pembelian.
Baca Juga: 5 Strategi, Jenis dan Manfaat Proximity Marketing Untuk Bisnis
Manfaat Behavioral Targeting
Manfaat Behavioral Targeting tidak hanya berdampak positif bagi marketer, tetapi juga memberikan keuntungan bagi konsumen dalam berbagai aspek.
Manfaat untuk Marketer
- Meningkatkan Engagement: Dengan menggunakan data perilaku online pengguna, marketer dapat menyajikan konten lebih relevan dan menarik bagi konsumen. Hal ini dapat meningkatkan rasa ingin tahu konsumen terhadap produk dan layanan yang ditawarkan, yang pada gilirannya meningkatkan tingkat interaksi atau engagement dengan situs.
- Meningkatkan Conversion Rate, yaitu persentase pengunjung situs web yang akhirnya melakukan pembelian produk atau layanan. Dengan menampilkan iklan yang sesuai dengan minat dan preferensi konsumen, kemungkinan untuk meraih konversi dari kunjungan menjadi pembelian akan lebih tinggi.
- Membangun Brand Loyalty: Dengan menghadirkan pengalaman personal dan relevan bagi konsumen, berpotensi untuk membangun loyalitas merek. Konsumen yang merasa diperhatikan dan diakomodasi preferensinya cenderung menjadi pelanggan setia yang melakukan pembelian berulang.
Manfaat untuk Konsumen
- Pengalaman Iklan Lebih Menyenangkan: Konsumen mendapatkan iklan yang lebih relevan dengan minat dan kebutuhan mereka, sehingga pengalaman mereka dalam menjelajahi internet menjadi lebih menyenangkan dan tidak terganggu oleh iklan yang tidak relevan.
- Rekomendasi Produk yang Dibutuhkan: Dengan menggunakan data perilaku konsumen, memungkinkan konsumen untuk mendapatkan rekomendasi produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka saat itu. Misalnya, pengguna dapat melihat produk terkait atau alternatif yang mungkin menarik bagi mereka berdasarkan pembelian atau penelusuran sebelumnya.
- Memudahkan Pembelian: Konsumen merasa terbantu ketika melihat iklan yang dipersonalisasi, karena iklan tersebut dapat mengingatkan mereka akan produk yang mungkin telah dilihat sebelumnya atau sudah dimasukkan ke dalam keranjang belanja namun belum checkout. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan untuk menyelesaikan transaksi pembelian.
Dengan memanfaatkan behavioral targeting secara efektif, marketer dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas strategi pemasaran mereka, sementara konsumen mendapatkan pengalaman yang lebih personal dan memuaskan dalam interaksi mereka dengan iklan online.
Cara Kerja Behavioral Targeting
Cara kerja behavioral targeting ada beberapa langkah, berikut ini adalah proses penargetan perilaku dalam tiga langkah:
1. Data dikumpulkan
Untuk langkah pertama, perusahaan mengumpulkan data dari berbagai sumber termasuk CRM, situs web, aplikasi seluler, dan sistem otomatisasi pemasaran. Data yang dikumpulkan mencakup informasi seperti halaman yang sering dikunjungi pengguna, waktu yang dihabiskan di situs web, iklan atau tautan yang diklik, interaksi dengan elemen situs web, kemajuan transaksi, informasi pembelian, dan jumlah waktu antara kunjungan.
Penggunaan cookie pihak ketiga atau piksel pelacakan membantu perusahaan mengumpulkan data ini secara efisien. Setelah data terkumpul, perusahaan melakukan analisis mendalam untuk memahami perilaku pengguna. Mereka dapat mengelompokkan pengguna berdasarkan minat, preferensi, atau pola pembelian.
Informasi ini sangat berharga karena memungkinkan perusahaan meningkatkan strategi pemasaran dan mengoptimalkan pengalaman pengguna, serta mengidentifikasi peluang penjualan yang potensial.
2. Segmentasi pengunjung
Langkah kedua adalah segmentasi pengunjung berdasarkan perilaku mereka. Perusahaan menggunakan data dari aktivitas browsing atau pembelian untuk membagi pengunjung menjadi segmen yang berbeda.
Misalnya, dalam konteks e-commerce yang menjual berbagai jenis sepatu, perusahaan dapat mengelompokkan pengguna yang tertarik dengan sepatu atletik ke dalam satu segmen, pengguna yang tertarik dengan sepatu formal ke dalam segmen lain, dan pengguna yang telah melakukan pembelian sepatu ke dalam segmen terpisah.
Segmentasi ini membantu perusahaan untuk lebih memahami preferensi dan minat masing-masing segmen pengguna, juga memungkinkan perusahaan menyediakan pengalaman yang lebih personal dan memenuhi kebutuhan khusus dari setiap segmen pelanggan, meningkatkan kemungkinan konversi dan kepuasan pelanggan secara keseluruhan.
3. Menerapkan data
Pada langkah terakhir, perusahaan merancang kampanye pemasaran yang unik berdasarkan segmen yang telah mereka identifikasi sebelumnya. Ini memungkinkan mereka mengarahkan upaya pemasaran dengan lebih tepat sasaran, memastikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan sangat relevan dengan minat dan preferensi setiap segmen pengguna.
Dengan merancang kampanye yang dipersonalisasi ini, perusahaan tidak hanya meningkatkan potensi keterlibatan pengguna, tetapi juga memperbesar kemungkinan konversi. Strategi ini membantu menciptakan pengalaman lebih menarik dan bermakna bagi pelanggan, menguatkan hubungan perusahaan dengan konsumen, serta mendukung pertumbuhan bisnis jangka panjang.
Apa Saja Data yang Harus Dikumpulkan?
Untuk menerapkan behavioral targeting secara efektif, marketer perlu mengumpulkan sejumlah data konsumen menggunakan data management platform (DMP). Data yang dikumpulkan mencakup berbagai aspek, antara lain:
- Durasi penggunaan perangkat (seperti smartphone, laptop, dan tablet) dalam sehari.
- Lokasi geografis yang diketahui melalui alamat IP pengguna.
- Sejarah langganan atau pendaftaran akun pada situs web tertentu.
- Informasi demografis seperti usia dan jenis kelamin.
- Situs-situs yang sering dikunjungi oleh pengguna dan waktu yang dihabiskan di situs-situs tersebut.
- Tombol, iklan, dan tautan yang diklik oleh pengguna.
- Riwayat pencarian yang dilakukan pengguna melalui peramban web.
- Partisipasi dalam elemen-elemen web seperti video yang diputar.
- Riwayat belanja dan progres transaksi yang telah dilakukan oleh pengguna.
Dengan mengumpulkan data-data ini, marketer dapat membangun profil perilaku yang lebih mendalam untuk setiap pengguna, memungkinkan mereka untuk menyesuaikan kampanye pemasaran dengan lebih tepat sasaran dan efektif.
Perbedaan Behavioral Targeting dan Contextual Targeting
Dalam contextual targeting, iklan biasanya menampilkan berdasarkan konten di halaman web yang dikunjungi pengguna. Misalnya, jika pengguna sedang membaca tentang resep, iklan untuk alat masak akan muncul. Pengiklan tidak perlu memiliki informasi khusus tentang pengguna, karena iklan tersebut berfokus pada relevansi dengan konten halaman.
Berbeda dengan contextual targeting, behavioral targeting menempatkan iklan berdasarkan perilaku dan minat pengguna, bukan hanya konten halaman. Pengiklan memanfaatkan data perilaku pengguna seperti riwayat pencarian, interaksi dengan situs web, atau transaksi sebelumnya untuk menyesuaikan iklan dengan preferensi individu.
Untuk efektivitasnya, perusahaan perlu mengumpulkan dan menganalisis data yang cukup tentang pengguna. Contextual targeting memanfaatkan relevansi konten untuk menarik perhatian, sementara behavioral targeting menawarkan personalisasi lebih dalam berdasarkan perilaku pengguna yang lebih spesifik.
Dengan memahami perbedaan ini, pengiklan dapat memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan pemasaran mereka. Kombinasi keduanya dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kampanye pemasaran secara keseluruhan.
Keunggulan Behavioral Targeting Daripada Iklan Kontekstual
Behavioral targeting menawarkan sejumlah keuntungan signifikan dibandingkan dengan iklan kontekstual, termasuk:
1. Retargeting
Dengan menggunakan teknologi ini, pengiklan dapat menampilkan iklan yang sama kepada konsumen di berbagai situs web. Misalnya, jika seorang konsumen melihat sepasang sepatu di satu situs web, perusahaan dapat menargetkan ulang mereka dengan iklan untuk sepasang sepatu tersebut di situs-situs lain yang dikunjungi oleh konsumen tersebut.
2. Iklan yang Disesuaikan
Dalam behavioral targeting, iklan ditampilkan berdasarkan aktivitas online yang dilakukan oleh konsumen. Iklan yang disesuaikan ini lebih relevan dengan perilaku dan minat penelusuran konsumen, sehingga cenderung memiliki tingkat konversi yang lebih tinggi.
Dengan menyesuaikan pesan iklan sesuai dengan preferensi individu, perusahaan dapat menciptakan pengalaman yang lebih personal dan memuaskan bagi pengguna, yang pada gilirannya dapat meningkatkan loyalitas dan kepuasan konsumen.
Jenis-Jenis Behavioral Targeting
Berdasarkan data yang dikumpulkan, behavioral targeting dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Onsite
Onsite behavioral targeting merupakan strategi yang diterapkan langsung pada suatu situs web tertentu. Tujuan utamanya adalah meningkatkan pengalaman pengguna dengan menampilkan iklan yang sesuai dengan pola perilaku yang diamati dari halaman-halaman sebelumnya di situs yang sama.
Dalam praktiknya, onsite mengumpulkan informasi tentang perilaku pengguna, aktivitas, dan atribut yang relevan untuk menyajikan iklan lebih personal. Onsite tidak hanya membantu meningkatkan relevansi iklan yang ditampilkan, tetapi juga memperbaiki pengalaman pengguna dengan menawarkan konten lebih sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.
2. Network
Network behavioral targeting merupakan strategi yang digunakan untuk menargetkan audiens secara spesifik melalui berbagai situs web. Data seperti cookie, alamat IP, minat, dan aktivitas konsumen dikumpulkan dan dibagikan di seluruh jaringan situs sebagai dasar untuk menampilkan iklan yang tertarget.
Prosesnya dimulai pengumpulan data-detail dari perilaku pengguna di berbagai situs yang tergabung dalam jaringan. Data ini kemudian diolah oleh algoritma untuk mengidentifikasi buyer persona atau gambaran tentang konsumen, termasuk usia, minat, dan kemungkinan keinginan untuk membeli produk tertentu.
Contoh Behavioral Targeting
Behavioral targeting telah menjadi strategi yang vital dalam meningkatkan relevansi dan efektivitas kampanye pemasaran digital. Berikut beberapa contoh konkret penggunaannya:
1. Rekomendasi Produk di E-commerce
Situs-situs e-commerce menggunakan behavioral targeting untuk merekomendasikan produk kepada pengguna berdasarkan minat belanja mereka sebelumnya. Misalnya, jika seseorang sering mencari dan membeli buku, e-commerce akan cenderung menampilkan rekomendasi buku-buku serupa pada kunjungan berikutnya.
2. Iklan Berbasis Riwayat Pencarian
Platform mesin pencari seperti Google dan Bing menggunakannya untuk menargetkan iklan berdasarkan riwayat pencarian pengguna. Contohnya, jika seseorang aktif mencari informasi tentang mobil baru, mereka mungkin melihat iklan dari dealer mobil lokal atau penawaran leasing saat menggunakan mesin pencari atau mengunjungi situs lain dalam jaringan iklan yang sama.
3. Retargeting Iklan
Retargeting adalah strategi dalam behavioral targeting yang menargetkan pengguna sebelumnya telah mengunjungi suatu situs web tetapi tidak melakukan tindakan tertentu seperti pembelian.
Misalnya, setelah seseorang mengunjungi halaman produk tertentu tetapi tidak membeli, iklan untuk produk tersebut bisa muncul di situs-situs lain yang dikunjungi pengguna. Tujuannya adalah mengingatkan pengguna dan mendorong mereka kembali ke situs untuk menyelesaikan pembelian yang tertunda.